Dana Pembangunan Markaz Tarbiyah Al-Mahmudiyah

Dana Pembangunan Markaz Tarbiyah Al-Mahmudiyah

Minda Mumtaz.

Minda Mumtaz.
Formulasi Makanan Sunnah untuk Perkembangan Minda & Kecerdasan Badan

Monday, June 20, 2011

Kisah Sahabat Rasulullah saw

Jika kita membaca kisah-kisah akan tindakan dan perbuatan para sahabat Rasulullah saw, maka kita akan menemukan banyak sekali perbuatan mereka yang mencerminkan ketaatan para sahabat kepada Allah SWT dan RasulNya. Bahkan, mereka tidak berpikir dua kali untuk mentaati perintah tersebut, meskipun harus mengorbankan harta, atau bahkan nyawanya sekalipun. Bandingkan dengan kita sekarang ini. Kita sering memikirkan untung ruginya saat harus mengeluarkan sedikit harta kita di jalan Allah SWT.

Beberapa kisah berikut ini dapat kita jadikan renungan dan teladan dalam membelanjakan harta kita di jalan Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an:

مَّن ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللّهَ قَرْضاً حَسَناً فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافاً كَثِيرَةً وَاللّهُ يَقْبِضُ وَيَبْسُطُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

“Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.” (QS Al Baqarah: 245)

Suatu ketika Rasulullah saw. membacakan ayat itu kepada para sahabat. Tiba-tiba Abu Dahdah r.a. berdiri. Ia berkata, “Wahai Rasulullah, benarkah Allah meminta pinjaman kepada kita?” Rasulullah saw. menjawab, “Ya, benar.” Abu Dahdah kembali berkata, “Wahai Rasulullah, apakah Dia akan mengembalikannya kepadaku dengan pengembalian yang berlipat-lipat?” Rasulullah saw. menjawab, “Ya, benar.”

“Wahai Rasulullah, ulurkanlah kedua tangan Anda,” pinta Abu Dahdah r.a. tiba-tiba. Rasulullah saw. balik bertanya, “Untuk apa?” Lalu Abu Dahdah menjelaskan, “Aku memiliki kebun, dan tidak ada seorang pn yang memiliki kebun yang menyamai kebunku. Kebun itu akan aku pinjamkan kepada Allah.” “Engkau pasti akan mendapatkan tujuh ratus lipat kebun yang serupa, wahai Abu Dahdah,” kata Rasulullah saw.

Abu Dahdah mengucapkan takbir, “Allahu Akbar, Allahu Akbar!” Lantas ia segera pergi ke kebunnya. Ia mendapati istri dan anaknya sedang berada di dalam kebun itu. Saat itu anaknya sedang memegang sebutir kurma yang sedang dimakannya.

“Wahai Ummu Dahdah, wahai Ummu Dahdah! Keluarlah dari kebun itu. Cepat. Karena kita telah meminjamkan kebun itu kepada Allah!” teriak Abu Dahdah.

Istrinya paham betul maksud perkataan suaminya. Maklum, ia seorang muslimah yang dididik langsung oleh Rasulullah saw. Segera ia beranjak dari posisinya. Ia keluarkan kurma yang ada di dalam mulut anaknya. “Muntahkan, muntahkan. Karena kebun ini sudah menjadi milik Allah swt. Ladang ini sudah menjadi milik Allah swt.,” ujarnya kepada sang anak.

Subhanallah! Begitulah Ummu Dahdah, seorang wanita yang begitu yakin rezeki datang dari Allah swt. dan bersuamikan seorang sahabat Nabi yang begitu yakin akan janji Allah swt. Kalau saja para suami zaman ini punya istri seperti Ummu Dahdah, pasti mereka akan mudah saja berinfak tanpa berpikir dua kali. Kalau saja para istri zaman sekarang punya suami model Abu Dahdah, pasti mereka akan mendapatkan kemuliaan dari Allah SWT.

Suatu hari Amiril Mukminin Umar bin Khaththab r.a. dikirimi harta yang banyak. Beliau memanggil salah seorang pembatu yang berada di dekatnya. “Ambillah harta ini dan pergilah ke rumah Abu Ubaidah bin Jarrah, lalu berikan uang tersebut. Setelah itu berhentilah sesaat di rumahnya untuk melihat apa yang ia lakukan dengan harta tersebut,” begitu perintah Umar kepadanya.

Rupanya Umar ingin melihat bagaimana Abu Ubaidah menggunakan hartanya. Ketika pembantu Umar sampai di rumah Abu Ubadah, ia berkata, “Amirul Mukminin mengirimkan harta ini untuk Anda, dan beliau juga berpesan kepada Anda, ‘Silakan pergunakan harta ini untuk memenuhi kebutuhan hidup apa saja yang Anda kehendaki’.”

Abu Ubaidah berkata, “Semoga Allah mengaruniainya keselamatan dan kasih sayang. Semoga Allah membalasnya dengan pahala yang berlipat.” Kemudian ia berdiri dan memanggil hamba sahaya wanitanya. “Kemarilah. Bantu aku membagi-bagikan harta ini!.” Lalu mereka mulai membagi-bagikan harta pemberian Umar itu kepada para fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan dari kaum muslimin, sampai seluruh harta ini habis diinfakkan.
Pembantu Umar pun kembali pulang. Umar pun memberinya uang sebesar empat ratus dirham seraya berkata, “Berikan harta ini kepada Muadz bin Jabal!” Umar ingin melihat apa yang dilakukan Muadz dengan harta itu. Maka, berangkatlah si pembantu menuju rumah Muadz bin Jabal dan berhenti sesaat di rumahnya untuk melihat apa yang dilakukan Muadz terhadap harta tersebut.

Muadz memanggil hamba sahayanya. “Kemarilah, bantu aku membagi-bagikan harta ini!” Lalu Muadz pun membagi-bagikan hartanya kepada fakir miskin dan mereka yang membutuhkan dari kalangan kaum muslimin hingga harta itu habis sama sekali di bagi-bagikan. Ketika itu istri Muadz melihat dari dalam rumah, lalu berkata, “Demi Allah, aku juga miskin.” Muadz berkata, “Ambillah dua dirham saja.”

Pembantu Umar pun pulang. Untuk ketiga kalinya Umar memberi empat ribu dirham, lalu berkata, “Pergilah ke tempat Saad bin Abi Waqqash!” Ternyata Saad pun melakukan apa yang dilakukan oleh dua sahabat sebelumnya. Pulanglah sang pembantu kepada Umar. Kemudian Umar menangis dan berkata, “Alhamdulillah, segala puji syukur bagi Allah.”

Begitulah para sahabat ketika mendapat harta. Tidak sampai sehari harta itu diinfakkan dengan begitu ringannya.

Suatu hari Thalhah bin Ubaidillah r.a. pulang ke rumah dengan membawa uang sebanyak seratus ribu dirham. Istrinya mendapati raut wajah Thalhah begitu bersedih.

Sang istri bertanya, “Apa yang terjadi padamu, wahai suamiku?” Thalhah menjawab, “Harta yang banyak ini, aku takut jika bertemu dengan Allah, lalu aku ditanya tentang dirham ini satu per satu.”

Istrinya lalu berkata, “Ini masalah yang sangat mudah. Mari kita bagi-bagikan harta ini. Bawalah harta ini dan bagikan kepada para fakir miskin yang ada di Kota Madinah.”

Thalhah pun bersama istrinya meletakkan harta itu di sebuah wadah, lalu membagi-bagikan kepada para fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan. Setelah itu ia kembali ke rumah dan berkata, “Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah menjadikan diriku bertemu dengan-Nya sedangkan aku dalam keadaan bersih dan suci.”

Subhanallah……….

Begitu mudahnya mereka melepaskan harta yang dimilikinya untuk dibelanjakan di jalan Allah SWT. Tidak sedikitpun para sahabat ini mementingkan kehidupan dunia mereka. Justru sebaliknya, mereka seperti berlomba-lomba menyedekahkan hartanya untuk mencari kehidupan yang lebih baik di akhirat kelak.

Mampu kah (atau lebih tepatnya MAUKAH) kita meneladani apa yang dilakukan oleh para sahabat Rasulullah saw diatas? Semoga saja…………

Wallahu a’lam

www.syahadat.com

4 GOLONGAN LAKI - LAKI YANG DITARIK WANITA KENERAKA

Mungkin sudah banyak artikel yang bertebaran yang kebanyakan wanita masuk neraka dengan berbagai kesalahanya didunia,,"Untuk malam ini saya mengambil topik tentang golongan laki-laki yang masuk neraka karena ditarik wanita.

Di akhirat nanti ada 4 golongan lelaki yg akan ditarik masuk ke neraka oleh wanita. Lelaki itu adalah mereka yg tidak memberikan hak kpd wanita dan tidak menjaga amanah itu. Mereka ialah:

1. Ayahnya :

Apabila seseorang yg bergelar ayah tidak mempedulikan anak2 perempuannya didunia. Dia tidak memberikan segala keperluan agama seperti mengajar solat,mengaji dan sebagainya Dia membiarkan anak2 perempuannya tidak menutup aurat. Tidak cukup kalau dgn hanya memberi kemewahan dunia sahaja. Maka dia akan ditarik ke neraka oleh anaknya.

( Duhai lelaki yg bergelar ayah, bagaimanakah hal keadaan anak perempuanmu sekarang? Adakah kau mengajarnya bersolat & saum?..menutup aurat?.. pengetahuan agama?.. Jika tidak cukup salah satunya, maka bersedialah utk menjadi bahan bakar neraka jahannam.)

2. Suaminya

Apabila sang suami tidak mempedulikan tindak tanduk isterinya. Bergaul! bebas di pejabat, memperhiaskan diri bukan utk suami tapi utk pandangan kaum lelaki yg bukan mahram. Apabila suami mendiam diri walaupun seorang yg alim dimana solatnya tidak pernah bertangguh, saumnya tidak tinggal, maka dia akan turut ditarik oleh isterinya bersama-sama ke dlm neraka.

(p/s; Duhai lelaki yg bergelar suami, bagaimanakah hal keadaan isteri tercintamu sekarang?. Dimanakah dia?

Bagaimana akhlaknya? Jika tidak kau menjaganya mengikut ketetapan syari'at, maka terimalah hakikat yg kau akan sehidup semati bersamanya di 'taman' neraka sana .)

3. Kakak Laki" nya

Apabila ayahnya sudah tiada,tanggungjawab menjaga maruah wanita jatuh ke bahu abang-abangnya dan saudara

lelakinya. Jikalau mereka hanya mementingkan keluarganya sahaja dan adiknya dibiar melencong dari ajaran Islam, tunggulah tarikan adiknya di akhirat kelak.

(p/s; Duhai lelaki yg mempunyai adik perempuan, jgn hanya menjaga amalmu, dan jgn ingat kau terlepas.kau juga akan dipertanggungjawabk an diakhirat kelak...jika membiarkan adikmu bergelumang dgn maksiat... dan tidak menutup aurat.)

4. Anak2 lelakinya

Apabila seorang anak tidak menasihati seorang ibu perihal kelakuan yg haram disisi Islam. bila ibu membuat kemungkaran mengumpat, memfitnah, mengatai dan sebagainya.. .maka anak itu akan disoal dan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak....dan nantikan tarikan ibunya ke neraka.


(p/s; Duhai anak2 lelaki.... sayangilah ibumu.... nasihatilah dia jika tersalah atau terlupa.... krn ibu juga insan biasa... x lepas dr melakukan dosa... selamatkanlah dia dr menjadi 'kayu api' neraka....jika tidak, kau juga akan ditarik menjadi penemannya.) ............ ......... ......... . .........

Lihatlah.... .betapa hebatnya tarikan wanita bukan sahaja di dunia malah diakhirat pun tarikannya begitu hebat.

Maka kaum lelaki yg bergelar ayah/suami/kakak atau anak harus memainkan peranan mereka.

Firman Allah S.W.T

"Hai anak Adam, peliharalah diri kamu serta ahlimu dari api neraka dimana bahan bakarnya ialah manusia, jin dan batu-batu... ."

Semoga catatan sedikit diatas membuat kita khusunya kaum adam bisa menjadi imam yang baik dalam keluarga atau lingkungan sekitar, agar kita tidak menjadi orang orang yang rugi dikemudian hari,,"karena jika keluarga itu baik itu semata mata imam keluarganya mendidik dan mengarahkan dengan baik tapi jika keluarga itu buruk itu juga karena imam keluarga tersebut tidak mendidik dan mengarahkan dengan baik pula maka tunggulah kerugian yang akan didapat didunia dan diakhirat,,"

"Naudzubillah min dzalik!! Kita berlindung kepada Allah dari yg demikian"


Thousand Thanks: FB Raja Singa

Thursday, June 16, 2011

Kartunis Utusan, rogol dan zina: Komen Dr Asri

Saya tidak pasti, apakah kartunis Utusan itu hendak menghina Islam atau hendak menghina pihak tertentu. Jika dia bertujuan menghina Islam, dilakukan pula dalam keadaan yang sedar akal fikirannya, maka dia terkeluar daripada Islam.

Namun, jika dia bertujuan mengkritik salah faham sesetengah pihak mengenai perbezaan hukum zina dan rogol, maka itu tidak merosakkan imannya, bahkan satu sumbangan membetulkan fahaman yang salah.

Adapun jika dia bertujuan membohongi fakta yang dimaksudkan oleh seseorang, sehingga menimbulkan salah sangka, maka dia berdosa besar.

Persoalan yang timbul; apakah jika seseorang wanita membuat aduan kepada mahkamah syariah bahawa dia dirogol maka mahkamah syariat akan menyatakan: awak mesti mendatangkan empat orang saksi, jika tidak awak disebat 80 rotan?

Adakah di dunia ini empat orang saksi yang soleh sanggup membiarkan seorang wanita dirogol di hadapan mereka?

Rogol

Mungkin ada yang tidak faham sehingga menyamakan jenayah rogol dan zina. Zina adalah maksiat peribadi yang Islam berusaha menutupnya. Sebab itu diketatkan dengan empat orang saksi.

Adapun rogol adalah pencabulan terhadap individu lain tanpa rela dan kejam, maka pembuktiannya tidak seketat zina. Beza menuduh orang lain berzina dengan mendakwa diri menjadi mangsa adalah soal maruah.

Menuduh orang lain berzina mempunyai unsur menjatuhkan maruah orang lain. Sementara mendakwa diri menjadi mangsa rogol adalah mempertaruhkan maruah diri sendiri.

Secara lojiknya, sukar dilakukan melainkan dalam keadaan yang amat memaksa. Bagaimanakah mungkin seseorang mampu mendiamkan diri apabila dia dimangsakan?

Maka, dalam kes kedua qarinah (bukti kaitan) boleh dipakai seperti yang disebut dalam Surah Yusuf:

“Dan mereka berdua pun berkejaran ke pintu, serta perempuan itu mengoyakkan baju Yusuf dari belakang; lalu terserempaklah keduanya dengan suami perempuan itu di muka pintu.

Tiba-tiba perempuan itu berkata (kepada suaminya): Tiada balasan bagi orang yang mahu membuat jahat terhadap isterimu melainkan dipenjarakan dia atau dikenakan azab yang menyiksanya”.

Yusuf pula berkata: “Dialah yang menggoda diriku”. (Suaminya tercengang mendengarnya) dan seorang dari keluarga perempuan itu (yang ada bersama-sama) tampil memberi pendapatnya dengan berkata:”Jika baju Yusuf koyak dari depan maka benarlah tuduhan perempuan itu, dan menjadilah Yusuf dari orang-orang yang berdusta.

Dan jika bajunya koyak dari belakang, maka dustalah perempuan itu, dan Yusuf adalah daripada orang-orang yang benar.

Setelah suaminya melihat baju Yusuf koyak dari belakang, dia berkata: “Sesungguhnya ini adalah dari tipu daya kamu orang-orang perempuan; sesungguhnya tipu daya kamu amatlah besar pengaruhnya” (Surah Yusuf: ayat 25-28).

Lihat, Al-Quran menceritakan bagaimana qarinah digunakan dalam peristiwa ini.

Lian

Sebab itu juga, Islam tidak mewajibkan pula seseorang yang menuduh isterinya berzina agar mendatangkan empat orang saksi.

Ini kerana tuduhan zina kepada isteri sendiri hanya mencalarkan maruah penuduh. Maka, agak sukar untuk seseorang itu menuduh isterinya secara bohong berzina. Juga amat berat untuk seseorang itu mendiamkan diri apabila mengetahui isterinya berzina.

Ini kerana kedua-dua keadaan itu merobohkan maruah dan kehormatan dirinya. Jika orang lain yang berzina, mungkin dia mampu mendiamkan diri disebabkan kekurangan saksi. Tetapi sudah pasti tidak bagi kes isterinya.

Justeru Allah menyebut: (maksudnya)

“Dan orang-orang yang menuduh isterinya berzina, sedang mereka tidak ada saksi-saksi (yang mengesahkan tuduhannya itu) hanya dirinya sendiri, maka persaksian (sah pada syarak) bagi seseorang yang menuduh itu hendaklah dia bersumpah dengan nama Allah, empat kali, bahawa sesungguhnya dia dari orang-orang yang benar;

Dan sumpah yang kelima (hendaklah dia berkata): “bahawa laknat Allah akan menimpa dirinya jika dia dari orang- orang yang dusta. Dan bagi menghindarkan hukuman seksa terhadap isteri (yang kena tuduh) itu hendaklah dia (isteri) bersumpah dengan nama Allah, empat kali, bahawa suaminya (yang menuduh) itu benar-benar daripada orang-orang yang berdusta;

Dan sumpah yang kelima (hendaklah ia berkata); bahawa kemurkaan Allah akan menimpa dirinya jika suaminya dari orang- orang yang benar. (Surah al-Nur ayat 6-9).

Bab ini dinamakan dengan 'li'an' atau penglaknatan. Inilah jalan yang Allah berikan kepada pasangan suami isteri yang tuduh-menuduh dalam perkara seperti ini.

Selepas proses ini dilakukan, mereka dipisahkan selamanya, tanpa ada hukuman keseksaan mahkamah yang dijalankan, sebaliknya diserahkan urusan tersebut kepada Allah. Ini kerana, kes ini adalah kes mempalitkan keaiban diri sendiri.

Maka, mereka yang mendakwa diri dirogol atau diliwat secara paksa juga adalah menampalkan keaiban ke atas diri sendiri. Amat sukar bagi insan normal itu membuat dakwaan seperti itu secara semberono.

Melainkan jika ada kepentingan tersembunyi yang lain. Maka mereka juga tidak perlu mendatangkan empat saksi. Sebaliknya boleh diterima pakai kaitan (qarinah) yang membuktikan kejadian itu berlaku. Justeru, paksi dalam hal ini semua, ada demi memelihara keturunan dan maruah.

ULASAN ini adalah pendapat peribadi penulis dan tidak semestinya mencerminkan pendirian sidang pengarang Malaysiakini.

Dr Mohd Asri bin Zainul Abidin,


via Malaysiakini

Thousand thanks: kedahlanie

BERSIH 2.0 - SESUATU YANG KOTOR MESTI DIBERSIHKAN


BERSIH 2.0 mempunyai matlamat yang baik dan murni bagi mendesak satu pilihanraya yang adil dan bersih.
Himpunan ini jelas dengan objektif dan matlamat demi kebaikan negara. Sebarang penyelewengan yang dilakukan secara terang-terangan untuk menjamin kemenangan parti pemerintah akan menimbulkan rasa tidak puas hati rakyat.

Bila mana pelbagai salahguna kuasa mula dilakukan oleh pihak Suruhanjaya Pilihan Raya (SPR) dan Jabatan Pendaftaran Negara (JPN), serta penyalahgunaan media secara berleluasa, maka penyelewengan ini mesti diperbetulkan.
PAS memilih jalan demokrasi bukan sahaja bersama Pakatan Rakyat malah dengan sesiapa sahaja yang menuntut keadilan dalam sistem pilihanraya. Hanya dengan satu sistem yang adil sahaja keadilan dan hak rakyat, yang juga termasuk rakan-rakan dan saudara mara pihak polis dapat dijamin.

Ibrahim Ali bebas bercakap apa sahaja
PERKASA cetus provokasi
Tiada tindakan pihak polis membuatkan seolah-olah negara ini tiada undang-undang kerana ada badan NGO yang mengatasinya sehingga pelbagai kenyataan yang terang-terangan bersifat provokasi boleh dikeluarkan dengan bebas.
Dato' Ibrahim Ali, secara lantang membantah perarakan aman Bersih 2.0 dengan mengerahkan ahli-ahli Perkasa-nya turut berarak pada hari yang sama, semata-mata untuk menentang dan bertembung dengan kumpulan Bersih 2.0.

Disebabkan itu, PAS menyarankan supaya pihak polis mesti menghalang perhimpunan Perkasa yang lebih bersifat provokasi dan memungkinkan berlakunya perkara yang tidak diingini.

Pertemuan dengan SPR
PAS akan mengadakan dialog dan perundingan dengan pihak SPR sebelum perhimpunan Bersih 2.0 berlangsung.
Pertemuan ini sangat penting bagi memastikan tuntutan Bersih 2.0 dapat dipenuhi, dan pihak kerajaan perlu faham kenapa rakyat membantah SPR. Ini juga membuktikan PAS bukanlah sebuah parti yang suka mencetuskan suasana gawat dengan demonstrasi aman.

Himpunan ini adalah jalan keluar terakhir bagi memperlihatkan kepada pihak kerajaan betapa seriusnya kemarahan rakyat kepada ketidakadilan sistem yang sedang berjalan kini.

Pengeluaran kad pengenalan kepada
warga asing gugat kedaulatan negara
Sebagai contoh, katanya tindakan JPN mengeluarkan kad pengenalan kepada warga asing di Selangor, Kedah dan juga Kelantan sebagaimana yang dilaporkan kepada pihak polis bukanlah satu isu kecil dan remeh yang boleh dipandang sebelah mata.
Begitu juga isu pendaftaran pengundi baru yang sangat luar biasa di Selangor, Kedah dan Pahang telah menimbulkan pelbagai bantahan dan kebingungan rakyat.
Semua usaha ini memperlihatkan seolah-olah SPR dan JPN mempunyai konspirasi bersama Umno dan Barisan Nasional bagi memastikan kemenangan berpihak kepada mereka.


Dato' Tuan Ibrahim b. Tuan Man,
Ketua Penerangan PAS Pusat

Friday, June 10, 2011

Nik Aziz: Negara kebajikan selari dengan Islam

Konsep negara berkebajikan yang dibawa Pakatan Rakyat adalah selari dengan kehendak Islam, kata Mursyidul Am PAS Datuk Nik Abdul Aziz Nik Mat.

NONEMenteri Besar Kelantan itu berkata konsep berkebajikan tidak semestinya memberi sesuatu dalam bentuk material sebaliknya ia boleh diberikan dalam bentuk kebaikan seperti tindakan kerajaan PAS Kelantan menghapuskan riba dan menutup kelab malam.

Menurutnya kedua-dua perkara itu membawa kebaikan kepada rakyat dan keluarga lebih selamat daripada menerima masalah tekanan kewangan dan penularan gejala negatif sosial. Berkebajikan itu ialah perkara yang boleh memberi keselamatan kepada rakyat sama ada di dunia dan di akhirat, katanya.

"Islam ini dasar manakala berkebajikan adalah program Islam. Kebajikan bukan beri barang," katanya kepada pemberita di kediaman rasmi Menteri Besar di Kota Bharu, semalam.

Beliau mengulas kenyataan beberapa pihak kononnya PAS sanggup meninggalkan perjuangan asal parti untuk memenangi pilihan raya umum dan tindakan itu menurut mereka, menyebabkan sokongan terhadap PAS merosot.

NONEUcapan dasar Presiden PAS, Datuk Seri Abdul Hadi Awang pada Muktamar Tahunan Ke-57 parti itu minggu lalu langsung tidak menyentuh mengenai penubuhan negara Islam dan pembentukan undang-undang hudud seperti mana sebelumnya.

Sebaliknya ahli parlimen Marang itu berkata PAS akan menumpukan perhatian kepada konsep
membangun negara berkebajikan.

- Bernama via M'kini

Tuesday, June 7, 2011

Tuntutan & adab memberi salam

Allah subhanahu wa Ta’aalaa berfirman:

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا لاَ تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتىَّ تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَالِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya.Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat”. (QS. an-Nur: 27)

Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda:

حَقُّ اْلمُسْلِمِ عَلَى اْلمُسْلِمِ سِتٌّ إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ . .

Hak seorang muslim atas muslim lainnya ada enam perkara: (1) Apabila engkau menjumpainya engkau berikan salam kepadanya. (2) Apabila ia mengundangmu engkau memperkenankan undangannya. (3) Apabila ia meminta nasihat, engkau menasehatinya. (4) Apabila ia bersin dan memuji Allah, hendaklah engkau mentasymitkannya (berdoa untuknya). (5) Apabila ia sakit hendaklah engkau menjenguknya. (6) Apabila ia mati hendaklah engkau hantarkan jenazahnya.” (HR. Muslim 2162)

وَإِذَا حُيِّيتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوا بِأَحْسَنَ مِنْهَا أَوْ رُدُّوهَا إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ حَسِيبًا

“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan lebih baik, atau balaslah (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu”. (QS. an-Nisa: 86)

Perlu kita sedari bersama bahawa mengucapkan salam ‘Assalamu’alaikum’ dalam Islam bukan hanya sekedar sapaan sahaja, tetapi lebih mulia dari itu. Ia merupakan sebahagian dari ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala, yang jelas mempunyai nilai dan pahala yang besar di sisi-Nya. Ucapan salam itu adalah doa. Sedangkan doa itu sendiri merupakan inti ibadah dan diberikan pahala bagi siapa yang mengucapkannya.

Salam juga merupakan amalan dan tradisi (sunnah) para Rasul-rasul Allah dan para malaikat-Nya. Sebagaimana Allah subhanahu wata’ala berfirman tentang kisah para malaikat yang datang bertemu dengan Nabi Ibrahim ‘alaihissalam:

هَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ ضَيْفِ إِبْرَاهِيمَ الْمُكْرَمِينَ () إِذْ دَخَلُوا عَلَيْهِ فَقَالُوا سَلَامًا قَالَ سَلَامٌ قَوْمٌ مُنْكَرُونَ

“sudahkah sampai kepadamu (Wahai Muhammad) perihal tetamu Nabi Ibrahim Yang dimuliakan?ketika mereka masuk mendapatkannya lalu memberi salam Dengan berkata: “Salam sejahtera kepadamu!” ia menjawab: salam sejahtera kepada kamu! “(Sambil berkata Dalam hati): mereka ini orang-orang Yang tidak dikenal.” (Adz-Dzariyat: 24-25)

Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu’anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu’alaihi wasallam telah bersabda,

لَمَّا خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ قَالَ: اذْهَبْ فَسَلِّمْ عَلَى أُولَئِكَ النَّفَرِ مِنَ الْمَلَائِكَةِ جُلُوسٌ فَاسْتَمِعْ مَا يُحَيُّونَكَ فَإِنَّهَا تَحِيَّتُكَ وَتَحِيَّةُ ذُرِّيَّتِكَ. فَقَالَ: السَّلَامُ عَلَيْكُمْ فَقَالُوا السَّلَامُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ فَزَادُوهُ وَرَحْمَةُ اللَّهِ (متفق عليه)

“Tatkala Allah menciptakan Adam ‘alaihissalam, Dia berfirman, “Pergilah dan ucapkanlah salam kepada para Malaikat yang sedang duduk, lalu perhatikanlah apa yang mereka akan jawab, sesungguhnya jawaban (para malaikat itu) adalah salam (penghormatan)mu dan anak keturunanmu. Maka Adam ‘alaihissalam berkata, “Assalamu’alaikum”, lalu mereka (para malaikat) menjawab, “Assalamu’alaika wa Rahmatullah”. Mereka menambahkan: “Warahmatullah”. (HR Bukhari 6227 dan Muslim 2841).

Salam juga merupakan ajaran dan amalan Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam dan para shahabat ridwanullahu’alaihim.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرو بْنِ العَاصِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ رَجُلًا سَأَلَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْإِسْلَامِ خَيْرٌ قَالَ تُطْعِمُ الطَّعَامَ وَتَقْرَأُ السَّلَامَ عَلَى مَنْ عَرَفْتَ وَمَنْ لَمْ تَعْرِفْ (متفق عليه)

Dari ‘Abdullah bin ‘Amru bin al’Ash radhiyallahu’anhuma bahwa seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam, “ajaran Islam yang manakah yang paling baik”? Beliau menjawab, “Kamu memberi makan (orang yang membutuhkannya), dan kamu mengucapkan salam kepada orang yang kamu kenal dan yang tidak kamu kenal”. (HR Bukhari 4684 dan Muslim 993).

  • Digalakkan mengucapkan salam tiga kali jika memberi salam kepada khalayak yang ramai supaya semua dapat mendengarinya.

Di dalam hadits Anas disebutkan

أن النبي صلى الله عليه وسلم كان إذا تكلم بكلمة أعادها ثلاثا، وإذا أتى على قوم فسلم عليهم سلم عليهم ثلاثا) رواه البخاري

“Sesungguhnya Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam apabila ia mengucapkan suatu kalimat, ia mengulanginya tiga kali. Dan apabila ia datang kepada suatu kaum, ia memberi salam kepada mereka tiga kali” (HR. Al-Bukhari).

  • Sunnah bagi orang menaiki kenderaan memberikan salam kepada orang yang berjalan kaki dan orang yang berjalan kaki memberi salam kepada orang yang duduk, orang yang sedikit kepada yang banyak, dan orang yang lebih muda kepada yang lebih tua.

Demikianlah disebutkan di dalam hadits Abu Hurairah yang muttafaq’alaih.

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: ليسلم الصغير على الكبير، والمار على القاعد, والقليل على الكثير. وفي رواية: والراكب على الماشي. متفق عليه.

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah SAW bersabda: Hendaklah yang muda memulai memberi salam kepada yang tua, yang berjalan kepada yang duduk dan yang sedikit kepada yang lebih banyak..” Dan dalam suatu riwayat: “dan yang bertunggangan (berkenderaan) kepada yang berjalan.” (Bukhari 6231, 6234 dan Muslim 2160).

  • Disunatkan memberi salam dalam nada tegas dan jelas dan demikian pula ketika menjawabnya, kecuali jika di sekitarnya ada orang-orang yang sedang tidur. Ini bermakna tiada istilah “menjawab salam di dalam hati” kerana kita hendaklah menjawab salam yang diberikan supaya pemberi salam dapat mendengar jawapan salam tersebut.

Di dalam hadits Miqdad bin Al-Aswad disebutkan di antaranya:

فكان نحتلب فيشرب كل إنسان منا نصيبة، وبرفع للنبي صلى الله عليه وسلم نصيبه قال: فيجيء من الليل فيسلم تسليما لا يوقظ نائما، ويسمع اليقظان. رواه مسلم

“dan kami pun memerah susu (binatang ternak) hingga setiap orang dapat bahagian minum dari kami, dan kami sediakan bahagian untuk Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam Miqdad berkata: Maka Nabi pun datang di malam hari dan memberikan salam yang tidak membangunkan orang yang sedang tidur, namun dapat didengar oleh orang yang bangun”.(HR. Muslim).

  • Disunatkan memberikan salam di waktu masuk ke suatu majlis dan ketika hendak meninggalkannya.

Kerana hadith menyebutkan:

إذا انتهى أحدكم إلى المجلس فليسلم، فإذا أراد أن يقوم فليسلم فليست الأولى بأحق من الثانية (رواه أبوداود وصححه الألباني)

“Apabila salah seorang kamu sampai di suatu majlis hendaklah memberikan salam. Dan apabila hendak keluar, hendaklah memberikan salam, dan tidaklah yang pertama lebih berhak daripada yang kedua. (HR. Abu Daud dan disahihkan oleh Al-Albani).

  • Disunatkan memberi salam di saat masuk ke suatu rumah sekalipun rumah itu kosong

Allah telah berfirman yang ertinya:

فَإِذَا دَخَلْتُم بُيُوتاً فَسَلِّمُوا عَلَى أَنفُسِكُمْ

“Dan apabila kamu akan masuk ke suatu rumah, maka ucapkanlah salam atas diri kalian” (QS. An-Nur(24) : 61)

Ucapan Ibnu Umar Radhiallaahu ‘anhuma :

إذا دخل الرجل البيت غير المسكون فليقل: السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين (رواه البخاري فى الأداب المفرد وصححه الألباني)

“Apabila seseorang akan masuk ke suatu rumah yang tidak berpenghuni, maka hendaklah ia mengucapkan : Assalamu `alaina wa `ala `ibadillahis shalihin” (HR. Bukhari di dalam Al-Adab Al-Mufrad, dan disahihkan oleh Al-Albani).

  • Dimakruhkan memberi salam kepada orang yang sedang buang hajat

kerana hadits Ibnu Umar Radhiallaahu ‘anhuma yang menyebutkan

أن رجلا مرّ رسول الله صلى الله عليه وسلم يبول فسلّم : فلم يرد عليه (رواه مسلم)

“Bahawasanya ada seseorang yang datang ketika Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam sedang buang air kecil, dan orang itu memberi salam. Maka Nabi tidak menjawabnya”. (HR. Muslim)

  • Disunnatkan memberi salam kepada kanak-kanak,

kerana hadith yang bersumber dari Anas Radhiallaahu ‘anhu menyebutkan:

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يفعله (متفق عليه)

Bahawasanya ketika ia melalui sekumpulan kanak-anak dia memberi salam, dan dia mengatakan: “Demikianlah yang dilakukan oleh Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam”. (Muttafaq’alaih).

  • Tidak memulakan memberikan salam kepada Ahlu Kitab, sebab Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لا تبدءوا اليهود والنصارى بالسلام …. (رواه مسلم)

” Janganlah kalian terlebih dahulu memberi salam kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani…..” (HR. Muslim). Dan apabila mereka yang memberi salam maka kita jawab dengan mengucapkan “wa `alaikum” saja, kerana sabda Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

  • Disunnatkan memberi salam kepada orang yang kamu kenal ataupun yang tidak kamu kenal. Di dalam hadits Abdullah bin Umar Radhiallaahu ‘anhu disebutkan bahwasanya ada seseorang yang bertanya kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

أي الإسلام خير؟ قال : تطعم الطعام وتقرأ السلام على من عرفت ومن لم تعرف (متفق عليه

“Islam yang manakah yang paling baik? Jawab Nabi: Engkau memberikan makanan dan memberi salam kepada orang yang telah kamu kenal dan yang belum kamu kenal”. (Muttafaq’alaih).

  • Disunatkan menjawab salam orang yang menyampaikan salam melalui orang lain.

فقد جاء رخل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: إن أبي يقرئك السلام فقال: عليك وعلى أبيك السلام (رواه أبو داود وحسنه الألباني)

“Pada suatu ketika seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata: Sesungguhnya ayahku menyampaikan salam untukmu. Maka Nabi menjawab : “`alaika wa `ala abikas salam ( HR . Abu dawud dan dihasankan Al Albani )

  • Dilarang memberi salam dengan isyarat kecuali ada uzur, seperti sedang solat, bisu atau orang yang akan diberi salam itu jauh jaraknya. Di dalam hadits Jabir bin Abdillah Radhiallaahu ‘anhu diriwayatkan bahwasanya Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

لا تسلموا تسليم اليهود والنصارى فإن تسليمهم إشارة بالكفوف (رواه البيهقي وحسنه الألباني)

“Janganlah kalian memberi salam seperti orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena sesungguhnya pemberian salam mereka memakai isyarat dengan tangan”. (HR. Al-Baihaqi dan dinilai hasan oleh Al-Albani).

  • Disunnatkan kepada seseorang berjabat tangan dengan saudaranya. Hadits Rasulullah mengatakan:

ما من مسلمين يلتقيان فيتصافحان إلا غفر لهما قبل أن يتفرقا (رواه أبوداود وصححه الألباني)

“Tiada dua orang muslim yang saling berjumpa lalu berjabat tangan, melainkan diampuni dosa keduanya sebelum mereka berpisah” (HR. Abu Daud dan dishahihkan oleh Al-Albani).

  • Dianjurkan tidak menarik (melepas) tangan kita terlebih dahulu di saat berjabat tangan sebelum orang yang diajak berjabat tangan itu melepasnya. Hadits yang bersumber dari Anas Radhiallaahu ‘anhu menyebutkan:

كان النبي صلى الله عليه وسلم إذا استقبله الرجل فصافحه لا ينزع يده من يده حتى يكون الرجل الذي ينزع (رواه الترمذي وصححه الألباني)

“Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam apabila ia diterima oleh seseorang lalu berjabat tangan, maka Nabi tidak melepas tangannya sebelum orang itu yang melepasnya….” (HR. At-Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).

  • Haram hukumnya membungkukkan tubuh atau sujud ketika memberi penghormatan, karena hadits yang bersumber dari Anas menyebutkan:

قال رجل : يا رسول الله احدنا يلقا صديقه أينحني له ؟ قال صلى الله عليه وسلم لا . قال فيلتزمه ويقبله ؟ قال : لا . قال : فيصافحه ؟ قال : نعم إن شاء ( رواه الترمذي وصححه الألباني)

Ada seorang lelaki berkata: Wahai Rasulullah, kalau salah seorang di antara kami berjumpa dengan temannya, apakah ia harus membungkukkan tubuhnya kepadanya? Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Tidak”. Orang itu bertanya: Apakah ia merangkul dan menciumnya? Jawab nabi: Tidak. Orang itu bertanya: Apakah ia berjabat tangan dengannya? Jawab Nabi: Ya, jika dia hendak berjabat. (HR. At-Turmudzi dan dinilai shahih oleh Al-Albani).

  • Haram berjabat tangan dengan wanita yang bukan mahram. Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa sallam ketika akan dijabat tangani oleh kaum wanita di saat baiat, beliau bersabda:

إني لا أصافح النساء (رواه الترمذي والنسائي وصححه الألباني)

“Sesung-guhnya aku tidak berjabat tangan dengan kaum wanita”. (HR.Turmudzi dan Nasai, dan dishahihkan oleh Albani).

Harus hukumnya mencium tangan ibu bapa ketika bersalam dan tidak ada seorang ulamak muktabar pun yang mengatakan haram.

Begitu juga harus mencium tangan pemimpin yang adil dan ulamak dan juga orang2 soleh sebagaimana yang disebut oleh ulamak didalam kitab2 mereka.

Ulamak berdalil dengan perbuatan para sahabat mencium tangan Nabi saw dan sesama sahabat r.a.

Rujukan Kitab Fatawa Imam Nawawi dan Fatawa Universiti Al-Azhar

wallahua’lam

Hukum Berjabat Tangan, Hukum mencium tangan, Hukum membongkokkan badan dan Hukum bersujud kepada selain Allah

1. Hukum Berjabat Tangan/Bersalam
Rasulullah s.a.w. bersabda:
Abu Qatadah berkata, aku bertanya kepada Anas r.a.: “Apakah para sahabat Rasulullah s.a.w. dahulu saling berjabat tangan” Dia menjawab: “Ya.” (HR Bukhari)

Dari al-Barraa’ bin Azib r.a., katanya telah sabda Rasulullah s.a.w.:
“Tidaklah dua orang Islam bertemu lalu saling bersalaman/berjabat tangan, melainkan diampuni dosa keduanya sebelum mereka berpisah.” (HR Abu Daud, al-Tarmizi & Ibnu Majah)

Dari Athaa’ bin Abdullah al-Khurasani, katanya Nabi s.a.w. telah bersaba:
“Hendaklah kamu saling berjabat tangan, nescaya hilanglah rasa dengki. Hendaklah kamu saling menmberi hadiah, nescaya kamu saling mencintai dan hilanglah permusuhan.” (Hadis Mursal riwayat Imam Malik)

Dari al-Barra”bin al-Azib r.a., katanya, telah bersabda Rasulullah s.a.w.:
“Sesungguhnya jika dua orang Islam bertemu, lalu saling berjabat tangan, saling mengasihi dan saling menasihati, nescaya bertebaranlah dosa-dosa yang ada pada kedua orang itu.”? (HR Ibnu Sunni)

Hadis di atas adalah di antara hadis yang menunjukkan bahawa berjabat tangan ketika bertemu adalah sunat hukumnya.

2. Hukum Mencium Tangan
Al-Nawawi mengatakan bahawa dianjurkan agar mencium tangan orang yang kemuliaannya disebabkan oleh perkara yang bersangkut paut dengan agama. Seperti seorang yang zuhud, alim/ulamak, soleh, warak dan sebagainya. Ini termasuklah kedua ibubapa kita yang muslim.

Dimakruhkah mencium tangan seseorang yang dipandang mulia dengan sebab-sebab keduniaan, seperti orang kaya, orang yang berpangkat, berkedudukan tinggi dan sebagainya. Perbuatan ini amat tidak disukai.

Dari Zari’ r.a., yang termasuk di dalam rombongan Abdul Qais, dia berkata: “Kamipun berlumba-lumba turun dari kenderaan kami, lalu kami mencium tangan dan kaki Nabi s.a.w.”


3. Hukum Membongkokkan Badan
Adalah dimakruhkan membongkokkan badan kerana mahu menghormati seseorang.

Dari Anas r.a., katanya: Seorang lelaki bertanya: Wahai Rasulullah s.a.w., jika seseorang dari kita bertemu saudaranya atau temannya, apakah dia perlu membungkuk kepadanya? Baginda menjawab: “Tidak.” Orang itu bertanya: “Apakah dia perlu memeluk dan menciumnya?” Baginda menjawab “Tidak.” Orang itu bertanya: “Apakah perlu dia memegang tangannya dan bersalam dengannya?” Baginda menjawa: “Ya.” (HR al-Tarmizi)

Hadis di atas bermaksud:
1. Makruh membungkukkan badan kepada seseorang.
2. Makruh memeluk dan mencium seseorang kecuali jika kembali dari bermusafir
3. Sunat berjabat tangan ketika bertemu.

Kita sering melihat mereka yang berada di atas pentas kerana berucap atau membuat persembahan. Sebelum atau selepas berucap atau membuat persembahan, mereka akan menundukkan badan sebagai tanda hormat kepada para hadirin. Perbuatan ini adalah dimakruhkan.

4. Hukum Bersujud Kepada Selain Allah
Umat Islam dilarang bersujud kepada selain dari Allah, samada ia berbentuk peribadatan atau penghormatan sahaja.

Jika ditanya, bagaimana dengan sujud para malaikat kepada Adam? Bukankah itu sujud dari makhluk kepada makhluk?

Jawab: Sujud yang dilakukan oleh para malaika kepada Adam bukanlah sujud yang berbentuk penyembahan (ibadah), tetapi sebagai penghormatan. Perkara ini disepakati oleh para ahli tafsir.

Lagi pula sujud malaikat kepada Adam adalah atas titah perintah Allah yang wajib dipatuhi.

Sehingga kita sendiripun, jika seandainya Allah memerintahkan kita agar sujud kepada seseorang, kita wajib mematuhinya. Jika perintah sujud itu diperintahkan oleh selain Allah, maka haram melakukan.

Sabda Rasulullah s.a.w.:
“Seandainya aku diperintahkan agar seseorang itu boleh sujud kepada seseorang lain, nescaya aku akan memerintahkan perempuan sujud kepada suaminya.” (HR al-tarmizi)

Hadis di atas menunjukkan:
1. Larangan bersujud kepada selain dari Allah, kerana tiada arahan berbuat demikian.
2. Suami wajib ditaati dan dipatuhi oleh si isteri.

Ahli taFsir mengatakan ada bebepa kemungkinan di dalam masalah sujud malaikat kepada Adam:
1. Malaikat benar-benar sujud kepada Adam dengan meletakkan dahinya ke tanah. Bukan sebagai penyembahan tetapi sebagai penghormatan serta melaksanakan perintah Allah.
2. Boleh jadi juga para malaikat itu pada hakikatnya bersujud kepada Allah, tetapi dengan menjadikan Adam sebagai kiblatnya. Ini sebagaimana kita diperintahkan bersujud kepada Allah dengan menjadikan ka’bah sebagai arah kiblah kita.
3. Ada juga yang mengatakan bahawa sujud malaikat kepada Adam bukanlah sujud dalam ertikata bersujud yang sebenarnya. Tetapi ia berbentuk sujud maknawi, iaitu dengan berikrar dan mengiktiraf kelebihan Adam.

Perlakuan sujud kerana menghormati (bukan penyembahan/ ibadah) memang berlaku pada umat zaman dahulu. Termasuk pada zaman Ya’qub dan Yusof, firman Allah Taala menceritakan mengenai Yusof a.s.:

“Dan ia dudukkan kedua ibu bapanya (bersama-samanya) di atas kerusi kebesaran. Dan setelah itu mereka semuanya tunduk memberi hormat kepada Yusuf”(Yusof:100)

Tradisi bersujud kerana hormat ini berlaku hinggalah berakhir pada zaman Rasulullah s.a.w. Umat Muhamad di larang bersujud kepada selain dari Allah.

Ketika para sahabat melihat pokok dan unta bersujud kepada Rasulullah s.a.w., mereka berkata: “Kami adalah lebih patut bersujud kepadamu.”Rasulullah s.a.w. bersabda: “Tidak sepatutnya seseorang itu bersujud kepada selain dari Allah Tuhan seru sekelian alam.”

Perkara ini juga pernah terjadi kepada Mu’az bin Jabal yang baru sampai dari Syam, lalu bersujud kepada Rasulullah s.a.w. Baginda bersabda: “Apa ini”? Mu’az menjawab: “Wahai Rasulullah s.a.w., aku baru datang dari Syam, aku pernah melihat mereka (penduduk Syam) bersujud kepada pembesar dan pendeta mereka. Aku ingin melakukan itu terhadapmu.” Baginda bersabda: ” Jangan lakukan. Jika aku diperintahkan sesuatu itu boleh bersujud kepada sesuatu, nescaya aku akan memerintahkan agar wanita bersujud kepada suaminyaa£á|.al-hadis.” (HR Ibnu Majah)

Oleh itu, bersujud kepada selain dari Allah adalah haram hukumnya. Tidak kira samada sujud itu kerana penyembahan atau hanya semata-mata penghormatan.

Rumusan
1. Berjabat tangan adalah sunat.
2. Mencium tangan adalah dianjurkan kepada mereka yang dimuliakan dari segi keagamaan. Dimakruhkan jika kemuliaan itu dari segi keduniaan.
3. Membongkokkan badan kerana menghormati seseorang adalah makruh.
4. Bersujud kepada selain dari Allah adalah haram.
5. Apabila kita berjabat tangan dengan ibu atau bapa kita, kita terpaksa membongkokkan badan kerana mahu mencium tangannya. Kita membongkokkan badan bukan atas tujuan menghormatinya. Hal ini dibolehkan, cuma tidak boleh berlebih-lebihan.

Wallahu a’lam…

Rujukan
1. Al-Quran
2. Tafsir al-Qurthubi
3. Sahih Bukhari
4. Al-Azkar
5. Ahsanul Kalam

Rujukan

http://ustadzridwan.com/adab-memberi-salam/

http://www.ustazahazimah.amirhakimi.com/2009/11/25/adab-memberi-salam/

http://narcisma.blogspot.com/2010/03/hukum-berjabatbersalam-dan-mencium.html

Sumber: ohislam.com