Dana Pembangunan Markaz Tarbiyah Al-Mahmudiyah

Dana Pembangunan Markaz Tarbiyah Al-Mahmudiyah

Minda Mumtaz.

Minda Mumtaz.
Formulasi Makanan Sunnah untuk Perkembangan Minda & Kecerdasan Badan

Monday, May 24, 2010

Keajaiban Bilangan Kalimah Dalam Al-Quran


Untuk perkongsian. Sumber: Islamic-ebook

Oleh waladi

Al-Quran telah menerangkan yang setiap makhluk diciptakan berpasangan, menunjukkan keajaiban pada angka 2.

Termasuklah dengan angka 7, yang antaranya simbolik kepada 7 lapis langit dan bumi, 7 hari dalam seminggu, 7 nama syurga dan neraka, Al-Quran diturunkan dalam 7 cara dan sebagainya.

Dengan itu tidak hanya angka 19 ssahaja yang dianggap ajaib dalam Al-Quran, ternyata juga banyak lagi ‘hint/clue’ yang menunjukkan bahawa pemilihan kata dalam Al-Quran oleh Pencipta Pengarang (Allah) dibuat “seimbang”, misalnya fakta-fakta berikut:


Jumlah kata dihitung dari teks arabnya:

Jumlah Kata Yang Berlawanan

Hidup (al-haya_h): 145

Mati (al-mawt) : 145

Perbuatan baik (ash-sha_liha_ t) : 167
Perbuatan buruk (as-sayyi’a_at) : 167

Dunia (ad-dun-ya_) : 115

Akhirat (al-a_khirah) : 115

Ucapan terang (al-jahr): 16

Ucapan tersembunyi (al-alaniyah) : 16

.

Jumlah Kata Yang Berhubungan

Syaitan (syaytha_n) atau (syaya_thi_n) : 80

Malaikat (mala_ikah) atau (malak) : 80

Mereka berkata (qa_lu_) : 332

Katakanlah! (qul) : 332

Kecintaan (al-muhabbat) : 83

Keta’atan (ath-tha’aat) : 83

Hidayah (al-hida_yah) : 79

Rahmat (ar-rahmat) : 79

Keselamatan (as-salaam) : 50

Kebaikan (ath-thayyibaat) : 50

Kesukaran (asy-syaddah) : 102

Kesabaran (ash-shabr) : 102

Musibah (al-mushi_bah) : 75

Bersyukur (asy-syukr) : 75

Iblis (al-ibli_s) : 11

Memohon perlindungan Allah (dari iblis):

(al-sti’a_dhatu billaah) : 11

.

Berkaitan dengan fakta zaman

Jumlah kata “jam” : 48

Jumlah kata “hari [tunggal/singular]” (yawm): 365

Jumlah kata “hari-hari (jamak/plural)” : 30

Jumlah kata “bulan” (sahar) : 12

Jumlah kata “tahun” (sanah) dan bentukannya: 19

Jumlah kata “tahun [tunggal/singular]” (al-sanah) : 7

Jumlah kata “tahun-tahun [jamak/plural]” (sanah) : 12

RIBA

Discussion in Islamic-ebook.

RIBA (INTEREST)

In today’s western society, the economic system deals with interest in various situations and forms. Therefore, muslims should exercise extreme caution when undertaking business dealings.


“o those who believe, fear allaah and give up what still remains of the riba (interest) if you are believers, but if you do not, then listen to the declaration of war from allaah and his messenger (s.a.w.) and if you repent, yours is your principal (capital) neither you wrong and not be wronged". (surah bakarah)

The holy prophet (s.a.w.) said: “four kinds of people about whom allaah subhaanahu wa ta’aala has decided not to admit them to paradise and not to let them taste bliss: the one who is addicted to wine, the one who takes riba, the one who exploits the property of orphans and the man who is disobedient to his parents.� (haakim)


Riba in loans

A person asks his friend for a loan of 1000 dollars which is granted on condition that the repayment will be 1500 dollars, the extra 500 dollars paid will be riba and is therefore haraam.

Rasulullah (s.a.w) cursed the one who accepts riba, the one who pays it, the one who writes it and the oerson who bears witness to it, and said, “they are all alike.� (muslim)


Bank overdrafts

A person has 2000 dollars in his account but he needs to pay an account of 2800 dollars so he withdraws 2800 dollars from his account because he has an overdraft agreement with the bank. The condition is that the account holder has to pay interest on the excess amount taken, overdrafts are therefore haraam since interest has to be paid.


Hire purchase

Hire purchase sales are very common in present times. In this transaction a person pays a deposit and takes the goods with an agreement to pay for it in monthly installments. The transaction will be valid if no interest is charged ie 6 months or 12 months treated as cash, however if any deals are made for an extended period of time that will include payment of interest then this transaction will be haraam.


Credit cards

A credit card allows a person to purchase goods etc and to pay for it at a later date. The money owing on the credit card can be paid off within a specified number of days thus preventing the payment of interest, this is valid, however if a person fails to pay and is subsequently charged interest then the transaction with interest is haraam.

Credit cards will be permissible if the user makes sure no interest is incurred.



Fixed deposit

Money is invested for a specified period of time with the intention of accumulating more money, unfortunately, banks pay interest on money invested in this type of account thus resulting in the earnings being totally haraam.


Savings account

The same ruling will apply as in fixed deposits, the bank will pay interest which is totally haraam.


Current/cheque accounts

These accounts are usually opened by businesses who deal in large amounts of money or individuals who are earning well and require the services provided as an incentive. Money saved in these accounts also earn interest that is haraam.

Ulama have given a general ruling that allows for the utilization of the above accounts on condition that the interest (riba) earned be given away in charity (without the intention of earning sawaab)

Alhumdulillaah, today many banking institutions have adopted sharia compliant banking practices that includes interest free investments etc.

Muslims are humbly requested to take advantage of this and save themselves from punishment.

Rasulullaah (s.a.w.) Said “when zina (adultery) and riba (interest) become rampant in the people of a town they themselves invite the punishment of allaah.�

Allaah taaala say’s:

O those who believe, fear allaah and give up what still remains of the riba (interest) if you are believers, but if you donot, then listen to the declaration of war from allaah and his messenger (s.a.w.), and if you repent, yours is your principal (capital), neither you wrong and not be wronged.�

Disposing of haraam wealth is “waajibut-tasadduq� ie, it has to be given into the ownership of deserving poor muslim recipients without the intention of earning sawaab.

Is it permissible?

1. Interest earned cannot be used to pay ones traffic fines.
2. Interest earned cannot be used to pay taxes unless it was earned through a government agency and is going back to the government as tax.
3. Interest earned cannot be used to pay school fees.
4. Interest earned cannot be used for building public toilets, roads etc (some ulama allow it, unfortunately this is against the principal of “waajibut-tasadduq� the money has to be given into the ownership of poor deserving muslim recipients.

Meramal Nasib Melalui Tarikh Lahir?

Disiarkan pada May 14, 2010 dalam kategori Fatwa |

Soalan: Dr Asri, sekarang ada banyak ceramah atau kursus untuk menyingkap rahsia tarikh lahir. Ada rakan-rakan saya menyertainya dan mula mempercayai nasib masa depan mereka menerusi tarikh lahir. Kononnya, tarikh lahir menentukan kemampuan dirinya, masa depannya dan lain-lain. Apa yang dipilih pun mesti berdasarkan tarikh lahir. Adakah ini dizinkan oleh Islam?

Jawapan Dr MAZA:

Saudara, dalam masyarakat yang menghadapi berbagai tekanan hidup, kesibukannya, persaingan antara satu sama lain, maka ramai yang akan cuba mencari ‘keajaiban’ untuk merentasi semua itu. Jika tidak dengan iman yang benar, maka sihir, merenung nasib dan berbagai khurafat yang lain akan timbul dan mengambil tempat. Akan ada sahaja pihak yang mengambil kesempatan daripada keadaan yang seperti ini. Untuk soalan tersebut beberapa perkara berikut saya ingin tegaskan;

1. Islam adalah agama yang menentang semua unsur khurafat, tahyul dan apa sahaja kebatilan yang tidak berasaskan fakta dan dalil yang benar. Meramal masa depan tanpa asas-asas yang boleh dipercayai atau saintifik adalah merosakkan akal dan menimbulkan berbagai salah sangka dalam kehidupan manusia. Ia boleh memutuskan harapan, atau membuat jangkaan yang salah. Sedangkan kita dilarang untuk berputus asa dari rahmat Allah. Segala unsur yang membodohkan manusia, ditentang keras oleh ajaran Islam ini.

2. Kepercayaan bahawa tarikh tertentu membentuk watak tertentu tidak berasaskan apa-apa bukti ilmiah sama sekali. Demikian juga, kepercayaan rupa paras tertentu membawa perangai baik dan buruk yang tertentu tidak berasaskan bukti melainkan pra-sangka terhadap ciptaan Allah semata. Jika ada yang mendakwa bahawa tarikh lahir tertentu seperti angka 1 mempengaruhi nasib tertentu dengan disertakan bukti beberapa tokoh atau individu, itu bukanlah bukti yang ilmiah.

Entah berapa puluh juta manusia memiliki angka 1 dalam tarikh lahirnya, adakah semua mereka demikian? Sudah pasti bagi setiap angka ada berbagai watak manusia. Jika mahu, kitaa boleh dapati berapa ramai yang memiliki angka selain 1 mempunyai ciri-ciri yang sama dengan 1 seperti yang para ‘penilik dan peramal’ nasib itu nyatakan. Dari mana mereka perolehi ciri-ciri tersebut? Ia sebenarnya, sebahagian warisan ahli-ahli nujum kono yang ditentang oleh Islam, atau mungkin rekaan baru mereka untuk melariskan ‘bisnes motivasi’.

3. Para penilik atau ahli nujum nasib seperti itu menipu manusia dengan mainan kata-kata. Jika apa yang mereka ramalkan itu kelihatan tidak tepat, mereka akan berkata ‘itu disebabkan awak belum lakukan itu dan ini’ atau ‘disebabkan awak belum tahu potensi awak’ dan seumpamanya. Mereka mempengaruhi psikologi sebahagian masyarakat. Orang-orang yang memandulkan akal, akan mempercayai tipu helah yang seperti itu.

4. Warna kulit dan rupa paras adalah ciptaan Allah. Ia bukan pilihan manusia. Tarikh lahir juga adalah luar dari penguasaan seseorang individu. Meramal manusia berdasarkan rupa atau tarikh lahir, menyanggahi prinsip Islam yang menilai manusia berdasarkan amalan yang telah dilakukan. Nabi s.a.w menyebut:

“Wahai manusia! Sesungguhnya tuhan kamu sama, bapa kamu sama (Adam). Ketahuilah! Tiada kelebihan orang arab ke atas ‘ajam (yang bukan arab), atau ‘ajam ke atas arab, atau yang berkulit merah ke atas yang berkulit hitam, atau yang berkulit hitam ke atas yang berkulit merah melainkan ketakwaan” (Riwayat Ahmad dan al-Baihaqi, dinilai hasan oleh al-Albani).

5. Masa depan seseorang termasuk dalam perkara ghaib yang tidak ketahui oleh sesiapa melainkan Allah. Sesiapa yang mendakwa dia mengetahui kejadian masa depan tanpa sebarang alasan yang munasabah, maka dia telah menandingi kenyataan Allah. Nabi s.a.w pun tidak dapat mengetahui masa depan, buruk dan baik yang akan menimpa melainkan dengan kadar yang Allah wahyukan kepada baginda. Firman Allah: (maksudnya):

Katakanlah (wahai Muhammad): “Aku tidak berkuasa mendatangkan manfaat bagi diriku dan tidak dapat menolak mudarat kecuali apa yang dikehendaki Allah. Jika aku mengetahui perkara-perkara yang ghaib, tentulah aku akan mengumpulkan dengan banyaknya kebaikan dan (tentulah) aku tidak ditimpa kesusahan. Aku ini tidak lain hanyalah pemberi amaran (bagi orang-orang yang engkar) dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman”(Surah al-A’raf: 188).

Jika ada ilmu untuk mengetahui masa depan, tentulah Nabi s.a.w lebih utama untuk mengetahuinya kerana perjuangan baginda lebih penting dari segalanya. Malangnya, tidak sedemikian!

6. Perbuatan menilik nasib samada melalui ilmu bintang atau bacaan di tapak tangan atau tarikh lahir adalah haram dan boleh membawa kepada syirik jika mempercayai penilik atau peramal tersebut mengetahui yang ghaib. Sabda Nabi s.a.w dalam hadis yang sahih:

“Sesiapa yang datang menemui penilik atau peramal nasib lalu mempercayai apa yang diberitahu olehnya, maka dia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad” (Riwayat Abu Daud, al-Tirmizi, al-Nasai dan Ibn Majah).

Ini kerana Allah berfirman: (maksudnya)

“Katakanlah (wahai Muhammad) tiada siapa di langit dan bumi yang mengetahui perkara ghaib melainkan Allah”. (Surah al-Naml: 65).

Dalam ayat lain Allah berfirman: (maksudnya) “Tuhanlah yang mengetahui segala yang ghaib, maka tidak zahir perkara ghaib itu kepada sesiapapun, -melainkan kepada mana-mana rasul yang diredhaiNya” (Surah al-Jinn: 26-27).

7. Jika seseorang hanya hadir menemui penilik atau peramal nasib sekadar untuk suka-suka dan tidak mempercayainya, ia tetap satu perbuatan yang diharamkan Islam, melainkan jika dia ingin berhujah dan mengkritik perbuatan tersebut. Sabda Nabi s.a.w:

“Sesiapa yang datang menemui ‘arraf (tukang tilik) maka tidak diterima solatnya selama empat puluh hari” (Riwayat Muslim).

Maksudnya selama empat puluh hari pahala solatnya tidak diberikan. Walaupun begitu kewajipan solat tetap mesti dilakukan, jika tidak dia akan berdosa besar. Namun tiada pahala buatnya, denda atas dosa menyokong aktiviti khurafat dan karut. Inilah amaran Islam bagi menentang kerja-kerja karut dan khurafat yang merosakkan minda seperti itu.

8. Jikalau nasib itu boleh diramal dan tuah dan bahaya itu boleh capai dan tolak oleh seseorang peramal nasib, tentulah nasib dan tuah si peramal sentiasa baik. Namun malang sekali, tuah dan nasib mereka juga belum tentu.

9. Islam dalam masa yang sama, tahu bahawa manusia amat gusar tentang perjalanan masa depan mereka. Bimbang terhadap kejadian yang mendatang. Maka dengan itu begitu banyak Islam mengajar tawakal dan doa-doa untuk insan mengharungi kehidupan di alam ini. Pohonlah langsung kepada Allah Yang Menguasai Segala Urusan! Antaranya doa Nabi s.a.w

“Ya Haiyyum, Ya Qayyum, dengan rahmatMu daku memohon pertolongan. Baikilah seluruh urusanku, dan janganlah Engkau serahkan diriku ini kepadaku walaupun sekelip mata” (Riwayat al-Nasai, dinilai sahih oleh al-Albani).

Demikian indahnya doa ini, apabila seorang hamba dengan penuh merendah, menyerahkan harapan dan urusannya kepada Allah agar membaiki segala tindakan dan urusan hidupnya. Apakah mungkin seorang mukmin yang melafazkan doa sebegini dengan penuh makna dan faham, lalu menyerahkan kepercayaan masa depan ke tangan tukang ramal dan tukang tilik?!

10. Dalam membuat pemilihan yang tidak pasti, Islam mengajar pula penganutnya untuk beristikharah sebelum memilih atau memutuskan sesuatu urusan. Walaupun wahyu sudah terputus dan ramalan nasib pula dilarang namun hubungan spiritual antara insan dengan Tuhan yang menguasai segala urusan terus terbuka untuk insan lakukan. Insan disuruh beristikharah memohon pemilihan Allah terhadap urusan yang meragukan yang bakal dilakukannya. Hayatilah doa istikharah yang indah yang diajar oleh Nabi s.a.w. betapa ia mendamaikan perasaan dan member harapan dengan penuh iman. Demikian gantian yang Islam berikan yang lebih bermakna dari amalan-amalan yang khurafat.